Dosen
pembimbing
Eka Nur Azizah,M.Pd
Stratifikasi Sosial Dan
Diferensiasi Sosial
Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Oleh
Kelompok II
Rikky Eriawan
Baiq Dona Rosa Putri
Muhammad Sam’an
Kelas 1H Keuangan
Fakultas syari’ah dan
ekonomi islam
Institut agama islam
negeri
Mataram
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik,yang bertemakan tentang ”STRATIFIKASI
SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL di lingkungan masyarakat” .
Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu dosen kami yaitu yang terhormat Bu
Eka Nur Azizah,M.Pd.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah mengatakan,
“
tak ada gading yang tak retak “,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah saya
selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin.
Mataram, 24 september
2014
Penyusun,
Rikky Eriawan.
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………………………...1
Kata pengantar …………………………………………………………………………………....2
Daftar isi …………………………………………………………………………………………..3
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………………………….....4
1.3 Tujuan Penulisan
………………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stratifikasi Sosial …………………………………………………………..6
2.2
Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial ……………………………………………6
2.3
Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial ………………………………………………………...6
2.4
Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial ………………………………………………………..7
2.5 Sifat
Stratifikasi Sosial …………………………………………………………………8
2.6
Karakteristik Stratifikasi Sosial ………………………………………………………..8
2.7 Fungsi
Stratifikasi Sosial ……………………………………………………………....9
2.8 Dampak
Stratifikasi Sosial …………………………………………………………….9
2.9 Contoh Stratifikasi Sosial Di Berbagai
Lingkungan ……………………………..........10
2.9.1
Pengertian Diferensiasi Sosial ………………………………………………………12
2.9.2
Differensiasi sosial memiliki 3
ciri ………………………………………………...13
2.9.3
bentuk-bentuk differensiasi social …………………………………………………..13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………...20
3.2 Saran …………………………………………………………………………………...20
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat
senantiasa mempunyai penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat
yang bersangkutan. Penghargan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi. Jika suatu
masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya,
maka mereka lebih banyak mempunyai kekayaan material dan menempati kedudukan
yang lebih tinggi.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Disamping itu pula, Apakah dilingkungan kita masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari masing-masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Disamping itu pula, Apakah dilingkungan kita masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari masing-masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada.
Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat
perbedaan perbedaan yang terjadi memang secara kodrati telah ada. Perbedaan
tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan dalam hidup bermasyarakat.
Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan pembagian tugas
di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam diferensiasi sosial
perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan seyogyanya saling
menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada kenyataannya perbedaan
yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya konflik.
Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam
hal agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada
kesempatan kali ini saya ingin mengkaji dan menganalisis
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi sosial pada
masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan
dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas
sedikit mengenai Stratifikasi sosial dan Differensiasi Sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stratifikasi sosial?
2. Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
3. Apa dasar-dasar stratifikasi sosial?
4. Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
5. Bagaimana sifat stratifikasi sosial itu?
6. Apa fungsi stratifikasi sosial?
7. Apa dampak stratifikasi sosial?
8. Bagaimanakah contoh stratifikasi sosial di seluruh kalangan masyarakat?
9. Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
10. Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1.
Umum
Untuk mengetahui tentang berbagai
pengertian, bentuk-bentuk stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial dan
penyebab terjadinya disorganisasi sosial.
2.
Khusus
Untuk memenuhi tugas matakuliah ISBD (
ilmu sosial budaya dasar ) kelas 1H keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
Pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli:
1. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
2.2 Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Sistem lapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sisitem lapisan.
2.3 Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1. Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.
2. Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
3. Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai alat ukur, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya.
2.4 Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan unsure dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah:
1. Kedudukan (status)
Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya.
Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut memengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu kedudukan (status).
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua kedudukan,yaitu:
a. Ascribed Status
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsaawan pula.
b. Achieved Status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhu syarat tertentu.
Kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status tersebut sering mempunyai hubungan erat dengan achieved status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa,yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
2. Peranan (role)
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tak ada status tanpa peran. Sebagai mana kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
Peranan mungkin mencakup tiga hal:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:
a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan-peranan setogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.Mereka harus telah terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan-kepentingan pribadinya yang terlalu banyak.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
2.5 Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Sosial Stratification)
Pada sistem sosial tertutup, kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain dibatasi, baik yang merupakan gerak ke atasataupun ke bawah. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Sosial Stratification)
Pada system sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan ataupun turun lapisan. Pada umumnya system terbuka ini menjadi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Sistem ini merupakan campuran dari system stratifikasi sosial terbuka dan tertutup.
2.6 Karakteristik Stratifikasi Sosial
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu :
1. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampaun yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya. Contoh : berbeda dengan pegawai negeri golongan IV yang kebanyakan mampu membeli mobil, akibat keterbatasan gaji yang diperolehnya seorang pegawai negeri golongan I dan II tentu hanya akan sanggup membeli sepeda atau sepeda motor saja.
2. Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
Seorang direktur sebuah perusahaan, selain selalu dituntut berpakaian rapi, mereka biasanya juga melengkapi atribut penampilannya dengan aksesoris-aksesoris lain untuk menunjang kemantapan penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, berolahraga tennis atau golf, memakai pakaian merek terkenal, dan perlengkapan-perlengkapan lain yang sesuai dengan statusnya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar kemungkinan akan menjadi pergunjingan. Sebaliknya, seorang bawahan yang berperilaku seolah-olah direktur tentu juga akan menjadi bahan cemoohan.
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya. Seorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil. Seorang kepala bagian, misalnya, selain memiliki gaji yang besar dan memiliki ruang kerja sendiri, mereka juga berhak untuk memerintah stafnya.
2.7 Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/ kebangsawanan, dan sebagainya.
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.
2.8 Dampak Stratifikasi Sosial
1. Dampak Positif
Dengan adanya stratifikasi sosial, orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
2. Dampak Negatif
Ada 3 dampak negatif dari stratifikasi soaial,yaitu:
a. Konflik antar kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b. Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c. Konflik antar generasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh : pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
2.9 Contoh Stratifikasi Sosial Di Berbagai
Lingkungan.
Stratifikasi sosial yang kami identifikasi yaitu
: Stratifikasi sosial yang ada pada masyarakat petani yang ada di desa
Ringinanyar kec.Ponggok kab.Blitar. Dalam stratifikasi sosial ini terdapat
struktur sosial yang menentukan peranan dari masing-masing individu. Struktur
sosial yang terbentuk dari stratifikasi sosial itu yaitu dimulai dari lapisan atas
yaitu pemilik tanah (juragan tanah). Juragan tanah ini sebagai pemilik lahan
sawah yang digarap oleh petani pada stratifikasi sosial ang ada dibawanya.
Peranan dari juragan tanah ini sebagai penyedia tanah dan hanya bertugas
sebagai pengonrol pelaksanaan kegiatan pertanian . Kemudian di lapisan bawahnya
lagi yaitu mandor petani. Tugas dari mandor sebagai pemimpin atau wakil juragan
tanah yang terjun langsung dilapangan . Peranan dari Mandor ini yaitu mengawasi
para petani pengarap secara langsung diladang sawah yang digarap . Sehingga
mandor ini bertugas sebagai penegur dan pembimbing langsung para petani yang
bekerja. Kemudian stratifikasi sosial yang paling bawah dalam masyarakat petani
ini yaitu petani penggarap atau yang biasa disebut dengan buruh tani. Buruh
tani bekerja secara langsung sebagai pelaksana proses pertanian yang dimulai
dari kegiatan mencanggkul tanah agar tanah tersebut gemur dan siap ditanami
tanaman . Kemudian melaukan proses penanaman tanaman pertanian. Selanjutnya
melauka perawatan yang telah ditanam tadi seperti melakukan pengairan ,
penyiangan (mencabuti rumput) , pemberian pupuk , dan penyemprotan hama .
Inilah sratifikasi sosial pada masyarakat pertanian yang kami teliti dari
lapisan atas dimulai dari pemilik tanah yang peranannya sebagai penyedia lahan
, mandor yang perananya sebagai pemimpin kegiatan pertanian dan petani
penggarap yang berperan sebagai pelaksana proses pertanian.
Bentuk stratifikasi sosial yang kami identifikasi dilingkungan sekitar
berupa sratifikasi sosial tertutup dan stratifikasi terbuka . Contoh
stratifikasi sosial tertutup yang kami identifikasi yaitu sistem kasta yang
terdapa pada masyarakat hindu di kecamatan ponggok .Kasta yang menduduki strata
teratas yaitu kasta Brahmana . Peran dari kasta Brahmana ini sebagai penyebar
agama dan penguat agama yang ada di masyarakat . Kemudian strata yang ada
dibawahnya lagi adalah kasta Ksatria . Peranan dari kasta Ksatria yaitu sebagai
pendekar pelindung umat . Selanjutnya kasta yang ada diawanya lagi yaitu kasta
Waisya . Perana dari kasta Waisya yaitu sebagai pedagang besar atau pemilik
tanah (orang-orang kaya ) yang memperkerjakan kasta. Struktur sosial yang
terjadi pada masyarakat hindu ini bersifat tertutup karena antar satu lapisan
dengan lapisan lain tidak bisa berpindah dan hanya berdasarkan pada keturunan.
Contoh stratifikasi terbuka yang kami amati di lingkungan sekitar, yaitu :
struktur sosial yang terjadi pada sekolah dasar. Di sekoalh dasar struktur
teratas dipegang oleh epala sekolah. Dan kepala sekolah ini mempunyai peran
sebagai pengatur jalannya seluruh proses yang terjadi di sekolah tersebut serta
bertanggung jawab pada proses pelaksanaanya. Kemudian dibawahnya dipegang oleh
wakil kepala sekolah yang berperan sebagai pengganti tugas kepala sekolah
apabila kepala sekolah berhalangan dalam menjalankan tugasnnya dan membantu
seluruh proses kegiatan disekolah . Selanjutnya dibawah wakil kepala sekolah
dipegang oleh guru . Guru bertugas atau berperan sebagai pelaksana proses
belajar mengajar di sekolah . Kemudian struktur yang ada dibawahnya lagi
dipegang oleh anggota tata usaha yan berperan membantu kegiatan administrasi. Struktur
sosial yang terjadi pada sekolah dasar ini bersifat terbuka karena kedudukan
seseorang dapat berpindah contohnya dari guru menjadi seorang kepala sekolah
atau wakil kepala sekolah dengan melanjutkan studi dan mengikuti tes kepala
sekolah.
Lingkungan sekitar yang kami identifikasi
stratifikasi sosialnya yaitu : Dalam perangkat desa unsur-unsur stratifikasi
sosial yang ada berupa status dan peranan dari masing-masing perangkat yang
berbeda . Status lapisan teratas dipegang oleh kepala desa yang berperan
sebagai pengatur dan penanggung jawab seluruh kegiatan atau proses yang terjadi
di lingkungan desa. Kemudian status selanjutnya dipegang oleh wakilnya yang
biasa dipanggil dengan sebutan Carik yang berperan mengantikan tugas kepala
desa apabila kepala desa mengalami halangan . Selanjutnya kedudukan
diawah carik dipegang oleh Mudin . Mudin ini mempunyai peranan sebagai
pengingat atau bagian woro-woro (bagian humas) dari kebijakan yang dibuat
kepala desa yang akan disampaikan pada masyarakat melalui RW atau RT setempat.
Lapisan sosial dibawahnya dipegang oleh RW yang bertugas atau berperan sebagai
pengayom bagi warga atau pengemban tugas yang disampaikan dari mudin kepada
masyarakat setempat langsung ataupun melalui RT , sedangkan RT adalah lapisan
dibawah RW yang berperan sebagai pengatur dan pegemban tugas yang disampaikan
oleh RW secara lagsung kepada masyarakat.
Faktor determinasi yang kami jadikan contoh yaitu
faktor jenis kelamin. Di desa ringinanyar terdapat determinasi yang di
pengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam pemilihan ketua rt/rw di desa ini tidak di
pilih secara demokratis oleh masyarakat melainkan di tunjuk langsung oleh
kepala desa dan harus seorang laki-laki karena menurut kepala desa seorang
laki-laki adalah pemimpin dalam suatu masyarakat sehingga dalam hal ini jenis
kelamin dapat menentukan status dan peranan seseorang yang menjadikan
ketidaksamaan sosial antara laki-laki dan perempuan di desa tersebut.
Konflik status dan peranan yang kami amati di
lingkungan sekitar yaitu sekitar 3 bulan yang lalu di desa ringinanyar diadakan
pemilihan kepala desa baru dan yang menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan
kepala desa tersebut adalah anak dari kepala desa yang lama. Dan sebelum kepala
desa yang baru terbentuk, kepala desa yang lama harus mengatur, menjaga, dan
berbuat adil dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa yang baru mulai dari
himbauhan kepada masyarakat agar memilih sesuai dengan hati nurani dan tidak
boleh terprovokasi. Itu adalah peranan yang wajib dilakukan sebagai kepala desa
namun disisi lain dia juga mempunyai status sebagai seorang bapak yang
mempunyai peranan untuk menjaga dan mendukung anaknya sehingga dari sini ada
konflik status namun pada kenyataannya yang kami teliti kepala desa tersebut
membantu anaknya dengan menghimbau masyarakat agar mendukung anaknya secara
diam-diam.
Konflik status tersebut dialami oleh kepala desa
dari strata paling atas di desa tersebut yang disebabkan karena dia mempunyai
peranan ganda sebagai ayah dan sebagai kepala desa dan mengakibatkan kepala
desa tersebut harus memenuhi kedua tuntutan itu. Dan dalam hal ini kepala desa
itu mendukung anaknya secara diam-diam agar dimata masyarakat peranannya
sebagai kepala desa dapat terlaksana dengan baik dan peranan sebagai ayah juga
terlaksana.
2.9.1 Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi adalah klasifikasi
terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini
menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal,
mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian
tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Pengelompokan horisontal
yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (sukubangsa), klan, agama,
profesi, jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. Pada intinya hal-hal yang terdapat
dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan- tingkatan, namun yang
membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang
biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku batak
memiliki kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku
bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam
masyarakat. Diferensiasi merupakan perbedaan yang
dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat, bukan untuk menjadikan kita
berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara
bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu
lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal
yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen, agama, profesi,
jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. disebut kemajemukan sosial, sedangkan
pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial. Kalau kita
memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan
yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis,
clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
2.9.2
Differensiasi
sosial memiliki 3 ciri :
· Ciri fisik =
Diferensiasi
ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
contohnya : warna kulit,
bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
· Ciri social = Diferensiasi
sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan
pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah
perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang
perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor
- · Ciri budaya = Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
2.9.3 bentuk-bentuk differensiasi social
Berbagai bentuk differensiasi sosial dalam masyarakat
berdasarkan perbedaan Ras,Agama,Jenis kelamin,Profesi,Klan,dan Suku bangsa. Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi
itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu
dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak
lahir.
Contohnya saja, suku sunda dan suku batak
memiliki kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku
bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam
masyarakat.
Bentuk
bentuk differensiasi social dalam masyarakat membentuk 8 kriteria :
·
Diferensiasi
ras
Ras
(KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan
yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan
ciri-ciri fisiknya bukan budayanya.
Misalkan,
bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya ciri
fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri Fenotipe, cirri
Filogenetik, dan ciri Getif.
a)
Ciri fenotipe
Ciri
Fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri
kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna
rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu,
dan
bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak
badan, dan ukuran bentuk kepala.
b)Ciri
filogenetik
Ciri
Filogenetik yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan.
Sedangkan ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan darah.
Secara garis besar, manusia dibagi
ke dalam ras-ras sebagai berikut :
1)
|
Menurut
A.L. Krober
|
||
•
|
Austroloid,
mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
|
||
•
|
Mongoloid
|
||
-
|
Asiatic
Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
|
||
-
|
Malayan
Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli
Taiwan)
|
||
-
|
American
Mongoloid (penduduk asli Amerika)
|
||
•
|
Kaukasoid
|
||
-
|
Nordic
(Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
|
||
-
|
Alpine
(Eropa Tengah dan Eropa Timur)
|
||
-
|
Mediteranian
(sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
|
||
Indic
(Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
|
|||
•
|
Negroid
|
||
-
|
African
Negroid (Benua Afrika)
|
||
-
|
Negrito
(Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang,
Filipina)
|
||
-
|
Melanesian
(Irian, Melanesia)
|
||
•
|
Ras-ras
khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)
|
||
-
|
Bushman
(gurun Kalahari, Afrika Selatan)
|
||
-
|
Veddoid
(pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
|
||
-
|
Polynesian
(kepulauan Micronesia dan Polynesia)
|
||
-
|
Ainu
(di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)
|
||
2)
|
Menurut
Ralph Linton
|
||
•
|
Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut
lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras
Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia
terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub
Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Mongoloid Indian terdiri dari orangorang Indian di Amerika.
|
||
•
|
Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut
pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri
dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
|
||
•
|
Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir
tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz,
Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.
|
||
Bagaimana
dengan Indonesia ?
Sub
ras apa saja yang mendiami negara kita ini ?
Indonesia
didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
|
|||
•
|
Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan
sekitarnya.
|
||
•
|
Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan,
Toala dan Tomuna di Sulawesi.
|
||
•
|
Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.
|
||
•
|
Melayu, yang terdiri dari dua :
|
||
-
|
Melayu
Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
|
||
-
|
Melayu
Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar, Jawa, Sunda,
dsb.
|
Sukubangsa
adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, yang sering dikuatkan dengan kesatuan bahasa.Sukubangsa sering
disamakan dengan kelompok etnik (ethnic Group). Namun, kelompok etnik tidak
selalu berarti sukubangsa. Misalnya kelompok etnik Tionghoa.Disebut kelompok
etnik apabila secara sosial telah mengembangkan SUBKULTUR-nya sendiri.
Lima ciri pengelompokan sukubangsa :
- Bahasa/dialek yang memelihara keakraban dan kebersamaan di antara warga sukubangsa
- Pola-pola sosial-kebudayaan (adat istiadat, cita-cita dan ideologi)
- Ikatan sebagai satu kelompok
- Kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli
- Perasaan keterikatan kelompok karena kekerabatan/genealogis dan kesadaran teritorial di antara warga sukubangsa
Namun
suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan
budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
-
|
ciri
fisik
|
-
|
Kesenian
|
-
|
bahasa
daerah
|
-
|
adat
istiadat
|
Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
-
|
Pulau
Sumatera
|
:
Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dsb.;
|
-
|
Pulau
Jawa
|
:
Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
|
-
|
PulauKalimantan
|
:
Dayak, Banjar, dsb.;
|
-
|
Pulau
Sulawesi
|
:
Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow,
Gorontalo,dsb.;
|
-
|
Kep.Nusa
Tenggara
|
:
Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
|
-
|
Kep.Maluku
dan Irian
|
:
Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
|
Untuk
kepentingan administrasi dan politik, di masa orde baru dibedakan antara :
(1)
masyarakat sukubangsa,
(2)
masyarakat terasing, dan
(3)
keturunan asing
Masyarakat
sukubangsa adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, dan
mampu berinteraksi dan komunikasi dengan dunia luarnya, masyarakat terasing
adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, tetapi
terisolasi atau mengalami keterbatasan hubungan dengan dunia luarnya, sedangkan
keturunan asing memiliki daerah asal di luar wilayah Indonesia. Ada tiga
keturunan asing yang menonjol, yaitu China, India dan Arab, Suku bangsa adalah
kategori yang lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka
ragam suku bangsa yang tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.
·
Deferensiasi
berdasarkan klen
Klen
/ kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan
(genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi).
Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau
keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis
ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal). Social
berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat
unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal).
o
Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal)
terdapat pada:
- Masyarakat Batak (sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun,
Barus, Tambun.
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution,
Batubara.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain :
Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain :
Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain :
Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.
o Klen atas dasar
garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat :
- Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan
gabungan dari kampung-kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang,
Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya.
- Masyarakat
Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilinea
·
Diferensiasi
berdsarkan Agama
Menurut
Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang
essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu
agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan
sebagainya.
Jadi,
Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan
agama/kepercayaannya.
1)
|
Komponen-komponen
Agama
|
|||
•
|
Emosi keagamaan,
yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya
sikap takut bercampur percaya.
|
|||
•
|
Sistem keyakinan,
terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan
sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti,
roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
|
|||
•
|
Upacara keagamaan,
yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
|
|||
•
|
Tempat ibadah,
seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
|
|||
•
|
Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan
sosial.
Dalam
perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat
mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita
mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu
berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran
Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.
·
Diferensiasi
Profesi (pekerjaan)
|
|||
2)
|
Agama dan Masyarakat
Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat
atas dasar jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan
keterampilan khusus. Misal profesi guru memerlukan keterampilan khusus,
seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar dan sebagainya. Berdasarkan
perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru, dokter, pedagang,
buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.
|
|||
·
Diferensiasi
Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.
·
Diferensiasai
Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
-
|
masyarakat
desa
|
:
kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa
|
-
|
masyarakat
kota
|
:
kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
|
Perbedaan
orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut:
- perilaku
- perilaku
-
tutur kata , dsb.
·
Diferensiasi Partai
Politik
Diferensiasi partai Politik adalah perbedaan masyarakat
dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan
social, seazas, seideologi dan sealiran.dan juga merupakan penggolongan
masyarakat berdasarkan perbedaan paham partai politik.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Stratifikasi sosial atau yang biasa disebut
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk/masyarakat kedalam kelas-kelas
secara bertingkat. Perwujutannya adalah terjadinya lapisan-lapisan sosial
tinggi dan yang lebih rendah. Dasar dan inti dari startifikasi sosial adalah
tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban,
serta tanggumg jawabnya terhadap nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara
anggota-anggota masyarakat. Sehingga dengan adanya stratifikasi sosial ini
menyebabkan seseorang mempunyai peranan yang berbeda antar individu-individu
lainnya.
2. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat majemuk atau diferensisasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat ke dalam golongan –
golongan atau kelompok – kelompok secara hoirizontal atau tidak bertingkat.
Adapun wujudnya adalah penggolongan penduduk atas dasar ras, suku bangsa, agama
dan lain – lain. Dalam pembedaan tersebut tidak menunjukkan tinggi rendahnya
martabat atau derajat seseorang sebagaimana yang terdapat dalam stratifikasi
sosial atau pelapisan sosial masyarakat.
Dengan
kata lain, pembedaan ras, suku bangsa, agama, profesi, jenis kelamin, asal
daerah dan partai politik dalam masyarakat Indonesia bukan merupakan bentuk pelapisan
sosial, tetapi merupakan pembagian sosial yang mempunyai kedudukan atau derajat
yang sama.
3.2 Saran
1. Dengan adanya stratifikasi sosial yang terjadi
pada masyarakat hendaknya kita menyikapinya dengan positif dan melaksanakan
tugas/peranan sosial kita yang telah diberikan dengan baik. Sebab dengan adanya
pembagian tugas (peranan) tersebut suatu pekerjaan/tugas yang kompleks yang
kiranya tidak akan mampu dikerjakan sendiri akan berhasil dengan baik karena
dikerjakan oleh masing-masing individu sebagai ahlinya. Karena kita ingat lagi
pada haikatnya manusia adalah makhuk sosial yang tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Dalam
hal ini kami menyarankan kepada kita semua agar selalu berfikap positif dalam menyikapi
adanya diferensiasi sosial. Karena pada hakikatnya manusia memang diciptakan
beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita harus
mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya
diferensiasi sosial tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA :
http://ilmaalia21.blogspot.com/2012/10/diferensiasi-sosial.html
http://diyahpuspitasari75.blogspot.com/2012/12/stratifikasi-sosial-.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45465-
Stratifikasi%20Sosial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar