Jumat, 24 Oktober 2014

Makalah Stratifikasi Sosial Dan Diferensiasi Sosial



Dosen pembimbing
Eka Nur Azizah,M.Pd

Stratifikasi Sosial Dan Diferensiasi Sosial

Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar
 




                                                                                                                                    










                                                                          Oleh
Kelompok II

Rikky Eriawan
Baiq Dona Rosa Putri
Muhammad Sam’an










Kelas 1H Keuangan
Fakultas syari’ah dan ekonomi islam
Institut agama islam negeri
Mataram
2014


KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,yang bertemakan tentang  ”STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL di lingkungan masyarakat” .
           Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu dosen kami yaitu yang terhormat Bu Eka Nur Azizah,M.Pd.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah mengatakan,
“ tak ada gading yang tak retak “,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Amin.








                       Mataram, 24 september 2014
                                                                                                              Penyusun,

                                                                                        Rikky Eriawan.















DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………………………...1
Kata pengantar …………………………………………………………………………………....2
Daftar isi …………………………………………………………………………………………..3
Bab I PENDAHULUAN
        1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………..4
        1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………….....4
        1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………...5

   BAB II PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Stratifikasi Sosial …………………………………………………………..6
2.2    Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial ……………………………………………6
2.3    Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial ………………………………………………………...6
2.4    Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial ………………………………………………………..7
2.5    Sifat Stratifikasi Sosial …………………………………………………………………8
2.6    Karakteristik Stratifikasi Sosial ………………………………………………………..8
2.7    Fungsi Stratifikasi Sosial ……………………………………………………………....9
2.8    Dampak Stratifikasi Sosial …………………………………………………………….9
2.9  Contoh Stratifikasi Sosial Di Berbagai Lingkungan ……………………………..........10
2.9.1   Pengertian Diferensiasi Sosial ………………………………………………………12
       2.9.2     Differensiasi sosial memiliki 3 ciri ………………………………………………...13
       2.9.3   bentuk-bentuk differensiasi social …………………………………………………..13


BAB III 
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1    Kesimpulan …………………………………………………………………………...20
3.2  Saran …………………………………………………………………………………...20
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………21










BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
   
    Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi. Jika suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya, maka mereka lebih banyak mempunyai kekayaan material dan menempati kedudukan yang lebih tinggi.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
    Disamping itu pula, Apakah dilingkungan kita masih terdapat orang yang memiliki ciri khas dari masing-masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada.
   Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat perbedaan perbedaan yang terjadi memang secara kodrati telah ada. Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan dalam hidup bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
    Dalam diferensiasi sosial perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan seyogyanya saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada kenyataannya perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya konflik. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam hal agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesempatan kali ini saya ingin mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi sosial pada masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit mengenai Stratifikasi sosial dan Differensiasi Sosial.



B.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian stratifikasi sosial?
2.    Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
3.    Apa dasar-dasar stratifikasi sosial?
4.    Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
5.    Bagaimana sifat stratifikasi sosial itu?
6.    Apa fungsi stratifikasi sosial?
7.    Apa dampak stratifikasi sosial?
8.    Bagaimanakah contoh stratifikasi sosial di seluruh kalangan masyarakat?
9.    Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
10.  Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?




C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah

1.    Umum

     Untuk mengetahui tentang berbagai pengertian, bentuk-bentuk stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial dan penyebab terjadinya disorganisasi sosial.

2.    Khusus

     Untuk memenuhi tugas matakuliah ISBD ( ilmu sosial budaya dasar ) kelas 1H keuangan.



























BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin         “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
Pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli:
1.    Pitirim A. Sorokin
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2.    Max Weber
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3.    Cuber
        Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.

2.2    Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
    Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
    Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
    Sistem lapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama  biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sisitem lapisan.

2.3    Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial
Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1.    Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.
2.    Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
3.    Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4.    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai alat ukur, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya.

2.4    Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan unsure dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah:
1.    Kedudukan (status)
        Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya.
        Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut memengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu kedudukan (status).
        Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua kedudukan,yaitu:
a.    Ascribed Status
        Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsaawan pula.
b.    Achieved Status
            Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhu syarat tertentu.
    Kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status tersebut sering mempunyai hubungan erat dengan achieved status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa,yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2.    Peranan (role)
    Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tak ada status tanpa peran. Sebagai mana kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
         Peranan mungkin mencakup tiga hal:
a.    Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b.    Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c.    Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:
a.    Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b.    Peranan-peranan setogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.Mereka harus telah terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c.    Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan kepentingan-kepentingan pribadinya yang terlalu banyak.
d.    Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.

2.5    Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.    Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Sosial Stratification)
Pada sistem sosial tertutup, kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain dibatasi, baik yang merupakan gerak ke atasataupun ke bawah. Di dalam system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.
2.    Stratifikasi Sosial Terbuka (Open  Sosial Stratification)
Pada system sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan ataupun turun lapisan. Pada umumnya system terbuka ini menjadi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup.
3.    Stratifikasi Sosial Campuran
Sistem ini merupakan campuran dari system stratifikasi sosial terbuka dan tertutup.

2.6    Karakteristik Stratifikasi Sosial

Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu :
1.    Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampaun yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya. Contoh : berbeda dengan pegawai negeri golongan IV yang kebanyakan mampu membeli mobil, akibat keterbatasan gaji yang diperolehnya seorang pegawai negeri golongan I dan II tentu hanya akan sanggup membeli sepeda atau sepeda motor saja.
2.    Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
Seorang direktur sebuah perusahaan, selain selalu dituntut berpakaian rapi, mereka biasanya juga melengkapi atribut penampilannya dengan aksesoris-aksesoris lain untuk menunjang kemantapan penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, berolahraga tennis atau golf, memakai pakaian merek terkenal, dan perlengkapan-perlengkapan lain yang sesuai dengan statusnya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar kemungkinan akan menjadi pergunjingan. Sebaliknya, seorang bawahan yang berperilaku seolah-olah direktur tentu juga akan menjadi bahan cemoohan.
3.    Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.           Seorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil. Seorang kepala bagian, misalnya, selain memiliki gaji yang besar dan memiliki ruang kerja sendiri, mereka juga berhak untuk memerintah stafnya.

2.7    Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1.    Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
2.    Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/ kebangsawanan, dan sebagainya.
3.    Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
4.    Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
5.    Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6.    Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.

2.8    Dampak Stratifikasi Sosial
1.    Dampak Positif
Dengan adanya stratifikasi sosial, orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
2.    Dampak Negatif
Ada 3 dampak negatif dari stratifikasi soaial,yaitu:
a.    Konflik antar kelas
            Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b.    Konflik antar kelompok sosial
            Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c.    Konflik antar generasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh : pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.

2.9  Contoh Stratifikasi Sosial Di Berbagai Lingkungan.

1.  Contoh Stratifikasi Sosial di Lingkungan Masyarakat

Stratifikasi sosial yang kami identifikasi yaitu : Stratifikasi sosial yang ada pada masyarakat petani yang ada di desa Ringinanyar kec.Ponggok kab.Blitar. Dalam stratifikasi sosial ini terdapat struktur sosial yang menentukan peranan dari masing-masing individu. Struktur sosial yang terbentuk dari stratifikasi sosial itu yaitu dimulai dari lapisan atas yaitu pemilik tanah (juragan tanah). Juragan tanah ini sebagai pemilik lahan sawah yang digarap oleh petani pada stratifikasi sosial ang ada dibawanya. Peranan dari juragan tanah ini sebagai penyedia tanah dan hanya bertugas sebagai pengonrol pelaksanaan kegiatan pertanian . Kemudian di lapisan bawahnya lagi yaitu mandor petani. Tugas dari mandor sebagai pemimpin atau wakil juragan tanah yang terjun langsung dilapangan . Peranan dari Mandor ini yaitu mengawasi para petani pengarap secara langsung diladang sawah yang digarap . Sehingga mandor ini bertugas sebagai penegur dan pembimbing langsung para petani yang bekerja. Kemudian stratifikasi sosial yang paling bawah dalam masyarakat petani ini yaitu petani penggarap atau yang biasa disebut dengan buruh tani. Buruh tani bekerja secara langsung sebagai pelaksana proses pertanian yang dimulai dari kegiatan mencanggkul tanah agar tanah tersebut gemur dan siap ditanami tanaman . Kemudian melaukan proses penanaman tanaman pertanian. Selanjutnya melauka perawatan yang telah ditanam tadi seperti melakukan pengairan , penyiangan (mencabuti rumput) , pemberian pupuk , dan penyemprotan hama . Inilah sratifikasi sosial pada masyarakat pertanian yang kami teliti dari lapisan atas dimulai dari pemilik tanah yang peranannya sebagai penyedia lahan , mandor yang perananya sebagai pemimpin kegiatan pertanian dan petani penggarap yang berperan sebagai pelaksana proses pertanian.

2. Contoh berbagai bentuk stratifikasi sosial yang ada dilingkungan sekitar yang kami identifikasi

            Bentuk stratifikasi sosial yang kami identifikasi  dilingkungan sekitar berupa sratifikasi sosial tertutup dan stratifikasi terbuka . Contoh stratifikasi sosial tertutup yang kami identifikasi yaitu sistem kasta yang terdapa pada masyarakat hindu di kecamatan ponggok .Kasta yang menduduki strata teratas yaitu kasta Brahmana . Peran dari kasta Brahmana ini sebagai penyebar agama dan penguat agama yang ada di masyarakat  . Kemudian strata yang ada dibawahnya lagi adalah kasta Ksatria . Peranan dari kasta Ksatria yaitu sebagai pendekar pelindung umat . Selanjutnya kasta yang ada diawanya lagi yaitu kasta Waisya . Perana dari kasta Waisya yaitu sebagai pedagang besar atau pemilik tanah (orang-orang kaya ) yang memperkerjakan kasta. Struktur sosial yang terjadi pada masyarakat hindu ini bersifat tertutup karena antar satu lapisan dengan lapisan lain tidak bisa berpindah dan hanya berdasarkan pada keturunan.
            Contoh stratifikasi terbuka yang kami amati di lingkungan sekitar, yaitu : struktur sosial yang terjadi pada sekolah dasar. Di sekoalh dasar struktur teratas dipegang oleh epala sekolah. Dan kepala sekolah ini mempunyai peran sebagai pengatur jalannya seluruh proses yang terjadi di sekolah tersebut serta bertanggung jawab pada proses pelaksanaanya. Kemudian dibawahnya dipegang oleh wakil kepala sekolah yang berperan sebagai pengganti tugas kepala sekolah apabila kepala sekolah berhalangan dalam menjalankan tugasnnya dan membantu seluruh proses kegiatan disekolah . Selanjutnya dibawah wakil kepala sekolah dipegang oleh guru . Guru bertugas atau berperan sebagai pelaksana proses belajar mengajar di sekolah . Kemudian struktur yang ada dibawahnya lagi dipegang oleh anggota tata usaha yan berperan membantu kegiatan administrasi. Struktur sosial yang terjadi pada sekolah dasar ini bersifat terbuka karena kedudukan seseorang dapat berpindah contohnya dari guru menjadi seorang kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dengan melanjutkan studi dan mengikuti tes kepala sekolah.

3. Contoh Unsur-unsur Stratifikasi Sosial yang ada di komunitas/lingkungan sekitar

Lingkungan sekitar yang kami identifikasi stratifikasi sosialnya yaitu : Dalam perangkat desa unsur-unsur stratifikasi sosial yang ada berupa status dan peranan dari masing-masing perangkat yang berbeda . Status lapisan teratas dipegang oleh kepala desa yang berperan sebagai pengatur dan penanggung jawab seluruh kegiatan atau proses yang terjadi di lingkungan desa. Kemudian status selanjutnya dipegang oleh wakilnya yang biasa dipanggil dengan sebutan Carik yang berperan mengantikan tugas kepala desa apabila kepala desa mengalami halangan . Selanjutnya  kedudukan diawah carik dipegang oleh Mudin . Mudin ini mempunyai peranan sebagai pengingat atau bagian woro-woro (bagian humas) dari kebijakan yang dibuat kepala desa yang akan disampaikan pada masyarakat melalui RW atau RT setempat. Lapisan sosial dibawahnya dipegang oleh RW yang bertugas atau berperan sebagai pengayom bagi warga atau pengemban tugas yang disampaikan dari mudin kepada masyarakat setempat langsung ataupun melalui RT , sedangkan RT adalah lapisan dibawah RW yang berperan sebagai pengatur dan pegemban tugas yang disampaikan oleh RW secara lagsung kepada masyarakat.

4. Contoh faktor determinasi stratifikasi sosial dan ketidaksamaan sosial di lingkungan sekitar yang kami identifikasi.

Faktor determinasi yang kami jadikan contoh yaitu faktor jenis kelamin. Di desa ringinanyar terdapat determinasi yang di pengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam pemilihan ketua rt/rw di desa ini tidak di pilih secara demokratis oleh masyarakat melainkan di tunjuk langsung oleh kepala desa dan harus seorang laki-laki karena menurut kepala desa seorang laki-laki adalah pemimpin dalam suatu masyarakat sehingga dalam hal ini jenis kelamin dapat menentukan status dan peranan seseorang yang menjadikan ketidaksamaan sosial antara laki-laki dan perempuan di desa tersebut.



5. Contoh konflik status dan peranan yang terjadi pada masyarakat sekitar

Konflik status dan peranan yang kami amati di lingkungan sekitar yaitu sekitar 3 bulan yang lalu di desa ringinanyar diadakan pemilihan kepala desa baru dan yang menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan kepala desa tersebut adalah anak dari kepala desa yang lama. Dan sebelum kepala desa yang baru terbentuk, kepala desa yang lama harus mengatur, menjaga, dan berbuat adil dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa yang baru mulai dari himbauhan kepada masyarakat agar memilih sesuai dengan hati nurani dan tidak boleh terprovokasi. Itu adalah peranan yang wajib dilakukan sebagai kepala desa namun disisi lain dia juga mempunyai status sebagai seorang bapak yang mempunyai peranan untuk menjaga dan mendukung anaknya sehingga dari sini ada konflik status namun pada kenyataannya yang kami teliti kepala desa tersebut membantu anaknya dengan menghimbau masyarakat agar mendukung anaknya secara diam-diam.
Konflik status tersebut dialami oleh kepala desa dari strata paling atas di desa tersebut yang disebabkan karena dia mempunyai peranan ganda sebagai ayah dan sebagai kepala desa dan mengakibatkan kepala desa tersebut harus memenuhi kedua tuntutan itu. Dan dalam hal ini kepala desa itu mendukung anaknya secara diam-diam agar dimata masyarakat peranannya sebagai kepala desa dapat terlaksana dengan baik dan peranan sebagai ayah juga terlaksana.

2.9.1   Pengertian Diferensiasi Sosial

Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (sukubangsa), klan, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan- tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat. Diferensiasi merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat, bukan untuk menjadikan kita berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.  Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.

2.9.2     Differensiasi sosial memiliki 3 ciri :   



·         Ciri fisik = Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
contohnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.

·      Ciri social = Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor

  • ·   Ciri budaya = Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.

2.9.3   bentuk-bentuk differensiasi social
Berbagai bentuk differensiasi sosial dalam masyarakat berdasarkan perbedaan Ras,Agama,Jenis kelamin,Profesi,Klan,dan Suku bangsa. Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir.
Contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat.

Bentuk bentuk differensiasi social dalam masyarakat membentuk 8 kriteria :

        ·            Diferensiasi ras
Ras (KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya bukan budayanya.
Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri Fenotipe, cirri Filogenetik, dan ciri Getif.

a) Ciri fenotipe
Ciri Fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu,
dan bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan ukuran bentuk kepala.

b)Ciri filogenetik
Ciri Filogenetik  yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan. Sedangkan ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan darah.

Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :
1)
Menurut A.L. Krober

Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)

Mongoloid


-
Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)


-
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)


-
American Mongoloid (penduduk asli Amerika)

Kaukasoid


-
Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)


-
Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)


-
Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)



Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)

Negroid


-
African Negroid (Benua Afrika)


-
Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)


-
Melanesian (Irian, Melanesia)

Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)


-
Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)


-
Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)


-
Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)


-
Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)
2)
Menurut Ralph Linton

Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari orangorang Indian di Amerika.

Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.

Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman.


Bagaimana dengan Indonesia ?
Sub ras apa saja yang mendiami negara kita ini ?
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:

Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.

Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.

Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.

Melayu, yang terdiri dari dua :


-
Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak


-
Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar, Jawa, Sunda, dsb.
Sukubangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, yang sering dikuatkan dengan kesatuan bahasa.Sukubangsa sering disamakan dengan kelompok etnik (ethnic Group). Namun, kelompok etnik tidak selalu berarti sukubangsa. Misalnya kelompok etnik Tionghoa.Disebut kelompok etnik apabila secara sosial telah mengembangkan SUBKULTUR-nya sendiri.


      Lima ciri pengelompokan sukubangsa :
  • Bahasa/dialek yang memelihara keakraban dan kebersamaan di antara warga sukubangsa
  • Pola-pola sosial-kebudayaan (adat istiadat, cita-cita dan ideologi)
  • Ikatan sebagai satu kelompok
  • Kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli
  • Perasaan keterikatan kelompok karena kekerabatan/genealogis dan kesadaran teritorial di antara warga sukubangsa

Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut : 
-
ciri fisik
-
Kesenian
-
bahasa daerah
-
adat istiadat

Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
-
Pulau Sumatera

: Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang,      Melayu, dsb.;
-
Pulau Jawa
: Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
-
PulauKalimantan
: Dayak, Banjar, dsb.;
-
Pulau Sulawesi
: Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-Mangondow,   Gorontalo,dsb.;
-
Kep.Nusa Tenggara
: Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
-
Kep.Maluku dan Irian
: Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.


Untuk kepentingan administrasi dan politik, di masa orde baru dibedakan antara :
(1) masyarakat sukubangsa,
(2) masyarakat terasing, dan
(3) keturunan asing

Masyarakat sukubangsa adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, dan mampu berinteraksi dan komunikasi dengan dunia luarnya, masyarakat terasing adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, tetapi terisolasi atau mengalami keterbatasan hubungan dengan dunia luarnya, sedangkan keturunan asing memiliki daerah asal di luar wilayah Indonesia. Ada tiga keturunan asing yang menonjol, yaitu China, India dan Arab, Suku bangsa adalah kategori yang lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.


        ·             Deferensiasi berdasarkan  klen

Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi).
Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal). Social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal).
o               Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada:
- Masyarakat Batak (sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun.
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi,      Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.
o    Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat :
- Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung-kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya.
- Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilinea
        ·            Diferensiasi berdsarkan Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya.
Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.

1)
Komponen-komponen Agama

Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.

Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.

Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.

Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.

Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.

        ·            Diferensiasi Profesi (pekerjaan)


2)
Agama dan Masyarakat
Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat atas dasar jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misal profesi guru memerlukan keterampilan khusus, seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.








        ·            Diferensiasi Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.

        ·            Diferensiasai Asal Daerah
                                      
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
-
masyarakat desa
: kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa
-
masyarakat kota
: kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut:
- perilaku
- tutur kata , dsb.


        ·            Diferensiasi Partai Politik
Diferensiasi partai Politik adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan sealiran.dan juga merupakan penggolongan  masyarakat berdasarkan perbedaan paham partai politik.



































BAB III  PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1    Kesimpulan
1. Stratifikasi sosial atau yang biasa disebut pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk/masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujutannya adalah terjadinya lapisan-lapisan sosial tinggi dan yang lebih rendah. Dasar dan inti dari startifikasi sosial adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, serta tanggumg jawabnya terhadap nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. Sehingga dengan adanya stratifikasi sosial ini menyebabkan seseorang mempunyai peranan yang berbeda antar individu-individu lainnya.
2. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat majemuk atau diferensisasi sosial adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat ke dalam golongan – golongan atau kelompok – kelompok secara hoirizontal atau tidak bertingkat. Adapun wujudnya adalah penggolongan penduduk atas dasar ras, suku bangsa, agama dan lain – lain. Dalam pembedaan tersebut tidak menunjukkan tinggi rendahnya martabat atau derajat seseorang sebagaimana yang terdapat dalam stratifikasi sosial atau pelapisan sosial masyarakat.
Dengan kata lain, pembedaan ras, suku bangsa, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah dan partai politik dalam masyarakat Indonesia bukan merupakan bentuk pelapisan sosial, tetapi merupakan pembagian sosial yang mempunyai kedudukan atau derajat yang sama.
3.2  Saran
1. Dengan adanya stratifikasi sosial yang terjadi pada masyarakat hendaknya kita menyikapinya dengan positif dan melaksanakan tugas/peranan sosial kita yang telah diberikan dengan baik. Sebab dengan adanya pembagian tugas (peranan) tersebut suatu pekerjaan/tugas yang kompleks yang kiranya tidak akan mampu dikerjakan sendiri akan berhasil dengan baik karena dikerjakan oleh masing-masing individu sebagai ahlinya. Karena kita ingat lagi pada haikatnya manusia adalah makhuk sosial yang tidak dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2.  Dalam hal ini kami menyarankan kepada kita semua agar selalu berfikap positif dalam menyikapi adanya diferensiasi sosial. Karena pada hakikatnya manusia memang diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita harus mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya diferensiasi sosial tidak terjadi.



DAFTAR PUSTAKA :
http://ilmaalia21.blogspot.com/2012/10/diferensiasi-sosial.html
http://diyahpuspitasari75.blogspot.com/2012/12/stratifikasi-sosial-.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45465- Stratifikasi%20Sosial.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar